Selasa, 18 Juli 2017

A.    TEKNIK PENGELASAN PIPA POSISI 6F DAN 6G DENGAN PROSES SMAW
Pengelasan pipa pada posisi sumbu miring 45° tidak dapat diputar, baik 6F maupun 6G merupakan posisi yang paling sulit pada pengelasan pipa, karena disamping posisi tersebut mencakup : posisi di bawah tangan ( flat ), tegak ( vertikal ) dan posisi di atas kepala (overhead), juga karena posisi 6F dan 6G tersebut berada pada posisi miring. Oleh karena itu pengelasan yang dilakukan secara benar dan sesuai prosedur merupakan salah satu hal terpenting untuk mencapai kualitas pengelasan secara maksimum dan efisien/ekonomis.

1.  Prosedur Umum
Secara umum, prosedur-prosedur yang harus dilakukan setiap kali akan, sedang dan setelah pengelasan adalah meliputi hal-hal berikut ini  :
a.        Adanya prosedur pertolongan pertama pada kecelakaan ( P3K ) dan prosedur penanganan kebakaran yang jelas/tertulis.
b.       Periksa sambungan-sambungan kabel las, yaitu dari mesin las ke kabel las dan dari kabel las ke benda kerja / meja las serta sambungan dengan tang elektroda. Harus diyakinkan, bahwa tiap sambungan terpasang secara benar dan rapat.
c.        Periksa saklar sumber tenaga, apakah telah dihidupkan.
d.       Pakai pakaian kerja yang aman.
e.        Berdiri secara seimbang dan dengan keadaan rileks.
f.        Selalu gunakan kaca mata pengaman ( bening ) selama bekerja.
g.       Periksa, apakah penghalang sinar las/ ruang las sudah tertutup secara benar.
h.       Konsentasi dengan pekerjaan.
i.         Setiap gerakan elektroda harus selalu terkontrol.
j.         Tempatkan tang elektroda pada tempat yang aman jika tidak dipakai.
k.       Bersihkan terak dan percikan las sebelum melanjutkan pengelasan berikutnya.
l.         Matikan mesin las bila tidak digunakan.
m.     Jangan meninggalkan tempat kerja dalam keadaan kotor dan kembalikan peralatan yang dipakai pada tempatnya.


2.  Persiapan Peralatan dan Bahan Las
Secara umum peralatan yang diperlukan untuk pengelasan pipa dan pengelasan pelat adalah sama, namun untuk posisi 6F dan 6G diperlukan alat bantu untuk menjaga agar posisi pipa yang dilas cukup kuat dan kokoh pada keadaan miring 45°, yakni berupa dudukan atau klem yang dapat diatur secara fleksibel. Tapi pada pekerjaan di lapangan dapat dilakukan dengan memberi penyangga, penguat atau dengan memberi las catat pada bagian yang aman dan tidak merusak benda kerja.
Adapun persiapan bahan las (pipa) pada prinsipnya tidak berbeda untuk tiap posisi pengelasan, baik persiapan sambungan sudut (fillet) maupun untuk sambungan tumpul (butt) kecuali WPS untuk pekerjaan tertentu menghendaki lain. (Metode-metode persiapan tersebut telah dibahas pada Teknik Pengelasan Pipa Posisi 1F, 2F, 1G dan 2G serta 5F & 5G dengan Proses SMAW)
3.  Metode-metode Pengelasan
a.       Las Catat ( Review )
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan las catat (tack weld) pada pengelasan pipa adalah sebagai berikut :
1)       Bahan las harus bersih dari bahan-bahan yang mudah terbakar dan karat.
2)       Jumlah las catat pada pengelasan pipa secara umum adalah 3 sampai 4 las catat atau tergantung pada WPS pekerjaan tersebut.
3)       Agar lebar gap ( root gap ) sama di sekeliling pipa, maka sebaiknya gunakan pasak atau pembatas setebal gap pada saat las catat dilakukan.
4)       Panjang las catat adalah antara 2 – 3 kali tebal pipa yang dilas atau sekitar 20mm.
Secara umum tidak ada perbedaan teknik pembuatan las catat untuk semua posisi pengelasan. (Metode-metode pembuatan las catat tersebut telah dibahas pada Modul Pengelasan Pipa Posisi 1F, 2F, 5F dan  1G, 2G, 5G  dengan Proses SMAW).
b.       Penempatan Benda Kerja ( Pipa )
Penempatan pipa/ benda kerja pada pengelasan posisi 6F dan 6G adalah posisi di mana pipa ditempatkan pada posisi sumbu sudut 450 serta tidak dapat diputar ( posisi tetap ), baik pada sambungan sudut maupun pada sambungan tumpul dengan penyimpangan sudut tidak lebih dari 50.







c.        Arah Pengelasan
Arah pengelasan (elektroda) pada proses las busur manual pada posisi 6Fdan 6G terdiri dari: arah naik dan arah turun, dimana penerapan kedua arah pengelasan tersebut harus mengacu pada tuntutan pekerjaannya atau WPS.
Secara umum untuk pengelasan root dengan menggunakan elektroda cellulose diterapkan pengelasan arah turun dan jika menggunakan elektroda low hydrogen adalah arah naik, sedangkan untuk pengisian (filler) dan pengelasan akhir (capping) diterapkan arah naik, kecuali WPS pekerjaan tersebut menentukan arah turun.
Ketentuan-ketentuan arah pengelasan pipa pada posisi 6F dan 6G relatif sama dengan  pengelasan pada posisi 5F dan 5G, dimana jika mulai dari arah atas, maka dimulai dari posisi jam 11.00 atau jam 01.00 (sudut 30° dari titik puncak) melintas posisi jam 12.00 dan berakhir pada posisi jam 06.00 sampai jam 07.00 atau pada posisi jam 05.00. Sedangkan jika pengelasan dilakukan dimulai dari bawah, maka setengah jalur pengisian pertama pada posisi jam 05.00 atau jam 07.00.


d.       Gerakan Elektroda dan Urutan Pengelasan
1)      Pengelasan sambungan sudut atau pipa-flens :
Pada pengelasan sambungan sudut atau pipa-flens posisi 6F umumnya dilakukan arah naik. Untuk pengelasan jalur pertama diterapkan bentuk gerakan/ ayunan segi tiga (miring sesuai dengan kelengkungan pipa ) atau zig-zag miring ( whip action ), sedang pada jalur-jalur berikutnya sangat tergantung pada bentuk jalur pertama. Jika hasil dari pengelasan jalur pertama cukup lebar dan rata, maka dapat diterapkan bentuk ayunan zig-zag ( straight weave ) atau ½ C ( curved weave ) dengan menahan sedikit lebih lama pada sisi atas, tapi jika hasil jalur pertama masih cukup sempit (membentuk sudut), maka ayunannya masih tetap seperti jalur pertama ( segi tiga ) atau dapat diterapkan bentuk kotak ( box weave ).
2)      Pengelasan sambungan tumpul :
Pada sambungan tumpul kampuh V posisi 6G, dapat dilakukan arah turun atau naik. Terutama jika melakukan pengelasan jalur pertama ( root pass ) menggunakan elektroda cellulose biasanya diterapkan arah turun dengan menerapkan ayunan bentuk zig-zag miring ( whip action ) atau hanya ditarik saja ( tanpa diayun), dan ayunan segi tiga atau ½ lingkaran jika menggunakan elektroda low hydrogen (arah naik).
Sedangkan untuk pengelasan pengisian dan akhir ( filler dan capping ) dapat diterapkan ayunan yang sama dengan pengelasan sambungan sudut ( fillet ).
3)      Urutan pengelasan :
Urutan pengelasan sambungan sudut pada pipa atau pipa-flens adalah relatif sama dengan urutan pengelasan sambungan sudut posisi tegak pada pengelasan pelat dan pengelasan sambungan tumpul ( kampuh V ) pada pipa adalah relatif sama dengan pengelasan sambungan tumpul pada pelat pada posisi tegak.


 

Minggu, 22 Januari 2017

Teknik Pengelasan Pipa Posisi 6F dan 6G dengan Proses SMAW


TEKNIK PENGELASAN PIPA POSISI 6F DAN 6G DENGAN PROSES SMAW

Pengelasan pipa pada posisi sumbu miring 45 derajat tidak dapat diputar, baik 6F maupun 6G merupakan posisi yang paling sulit pada pengelasan pipa, karena disamping posisi tersebut mencakup : posisi di bawah tangan ( flat ), tegak ( vertikal ) dan posisi di atas kepala ( overhead), juga karena posisi 6F dan 6G tersebut berada pada posisi miring. Oleh karena itu pengelasan yang dilakukan secara benar dan sesuai prosedur merupakan salah satu hal terpenting untuk mencapai kualitas pengelasan secara maksimum dan efisien/ekonomis.

A.      Prosedur Umum
Secara umum, prosedur-prosedur yang harus dilakukan setiap kali akan, sedang dan setelah pengelasan adalah meliputi hal-hal berikut ini :
  1. Adanya prosedur pertolongan pertama pada kecelakaan ( P3K ) dan prosedur penanganan kebakaran yang jelas/tertulis.
  2. Periksa sambungan-sambungan kabel las, yaitu dari mesin las ke kabel las dan dari kabel las ke benda kerja / meja las serta sambungan dengan tang elektroda. Harus diyakinkan, bahwa tiap sambungan terpasang secara benar dan rapat.
  3. Periksa saklar sumber tenaga, apakah telah dihidupkan.
  4. Pakai pakaian kerja yang aman.
  5. Berdiri secara seimbang dan dengan keadaan rileks.
  6. Selalu gunakan kaca mata pengaman ( bening ) selama bekerja.
  7. Periksa, apakah penghalang sinar las/ ruang las sudah tertutup secara benar.
  8. Konsentasi dengan pekerjaan.
  9. Setiap gerakan elektroda harus selalu terkontrol.
  10. Tempatkan tang elektroda pada tempat yang aman jika tidak dipakai.
  11. Bersihkan terak dan percikan las sebelum melanjutkan pengelasan berikutnya.
  12. Matikan mesin las bila tidak digunakan.
  13. Jangan meninggalkan tempat kerja dalam keadaan kotor dan kembalikan peralatan yang dipakai pada tempatnya.

B.      Persiapan Peralatan dan Bahan Las
Secara umum peralatan yang diperlukan untuk pengelasan pipa dan pengelasan pelat adalah sama, namun untuk posisi 6F dan 6G diperlukan alat bantu untuk menjaga agar posisi pipa yang dilas cukup kuat dan kokoh pada keadaan miring 45o, yakni berupa dudukan atau klem yang dapat diatur secara fleksibel. Tapi pada pekerjaan di lapangan dapat dilakukan dengan memberi penyangga, penguat atau dengan memberi las catat pada bagian yang aman dan tidak merusak benda kerja.

Adapun persiapan bahan las (pipa) pada prinsipnya tidak berbeda untuk tiap posisi pengelasan, baik persiapan sambungan sudut ( fillet) maupun untuk sambungan tumpul ( butt) kecuali WPS untuk pekerjaan tertentu menghendaki lain. ( Metode-metode persiapan tersebut telah dibahas pada Teknik Pengelasan Pipa Posisi 1F, 2F, 1G dan 2G serta 5F & 5G dengan Proses SMAW)

C.      Metode-metode Pengelasan
1.       Las Catat ( Review )
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan las catat ( tack weld) pada pengelasan pipa adalah sebagai berikut : 
  • Bahan las harus bersih dari bahan-bahan yang mudah terbakar dan karat.
  • Jumlah las catat pada pengelasan pipa secara umum adalah 3 sampai 4 las catat atau tergantung pada WPS pekerjaan tersebut.
  • Agar lebar gap ( root gap) sama di sekeliling pipa, maka sebaiknya gunakan pasak atau pembatas setebal gap pada saat las catat dilakukan.
  • Panjang las catat adalah antara 2 – 3 kali tebal pipa yang dilas atau sekitar 20 mm.


Secara umum tidak ada perbedaan teknik pembuatan las catat untuk semua posisi pengelasan. ( Metode-metode pembuatan las catat tersebut telah dibahas pada Modul Pengelasan Pipa Posisi 1F, 2F, 5F dan 1G, 2G, 5G dengan Proses SMAW).

2.       Penempatan Benda Kerja ( Pipa )
Penempatan pipa/ benda kerja pada pengelasan posisi 6F dan 6G adalah posisi di mana pipa ditempatkan pada posisi sumbu sudut 45 derajat serta tidak dapat diputar (posisi tetap), baik pada sambungan sudut maupun pada sambungan tumpul dengan penyimpangan sudut tidak lebih dari 5 derajat.



3.       Arah Pengelasan
Arah pengelasan (elektroda) pada proses las busur manual pada posisi 6Fdan 6G terdiri dari: arah naik dan arah turun, dimana penerapan kedua arah pengelasan tersebut harus mengacu pada tuntutan pekerjaannya atau WPS.

Secara umum untuk pengelasan root dengan menggunakan elektroda cellulose diterapkan pengelasan arah turun dan jika menggunakan elektroda low hydrogen adalah arah naik, sedangkan untuk pengisian ( filler) dan pengelasan akhir ( capping) diterapkan arah naik, kecuali WPS pekerjaan tersebut menentukan arah turun.

Ketentuan-ketentuan arah pengelasan pipa pada posisi 6F dan 6G relatif sama dengan pengelasan pada posisi 5F dan 5G, dimana jika mulai dari arah atas, maka dimulai dari posisi jam 11.00 atau jam 01.00 (sudut 30 derajat dari titik puncak) melintas posisi jam 12.00 dan berakhir pada posisi jam 06.00 sampai jam 07.00 atau pada posisi jam 05.00. Sedangkan jika pengelasan dilakukan dimulai dari bawah, maka setengah jalur pengisian pertama pada posisi jam 05.00 atau jam 07.00.


4.       Gerakan Elektroda dan Urutan Pengelasan
a.       Pengelasan Sambungan Sudut atau Pipa-Flens :
Pada pengelasan sambungan sudut atau pipa-flens posisi 6F umumnya dilakukan arah naik. Untuk pengelasan jalur pertama diterapkan bentuk gerakan/ ayunan segi tiga (miring sesuai dengan kelengkungan pipa ) atau zig-zag miring ( whip action ), sedang pada jalur-jalur berikutnya sangat tergantung pada bentuk jalur pertama. Jika hasil dari pengelasan jalur pertama cukup lebar dan rata, maka dapat diterapkan bentuk ayunan zig-zag ( straight weave ) atau ½ C ( curved weave ) dengan menahan sedikit lebih lama pada sisi atas, tapi jika hasil jalur pertama masih cukup sempit (membentuk sudut), maka ayunannya masih tetap seperti jalur pertama ( segi tiga ) atau dapat diterapkan bentuk kotak ( box weave ).

b.       Pengelasan Sambungan Tumpul :
Pada sambungan tumpul kampuh V posisi 6G, dapat dilakukan arah turun atau naik. Terutama jika melakukan pengelasan jalur pertama ( root pass) menggunakan elektroda cellulose biasanya diterapkan arah turun dengan menerapkan ayunan bentuk zig-zag miring ( whip action) atau hanya ditarik saja (tanpa diayun), dan ayunan segi tiga atau ½ lingkaran jika menggunakan elektroda low hydrogen (arah naik).

Sedangkan untuk pengelasan pengisian dan akhir ( filler dan capping) dapat diterapkan ayunan yang sama dengan pengelasan sambungan sudut ( fillet).


c.       Urutan Pengelasan :
Urutan pengelasan sambungan sudut pada pipa atau pipa-flens adalah relatif sama dengan urutan pengelasan sambungan sudut posisi tegak pada pengelasan pelat dan pengelasan sambungan tumpul ( kampuh V ) pada pipa adalah relatif sama dengan pengelasan sambungan tumpul pada pelat pada posisi tegak.


D.      Video Pengelasan

       1. Video Pengelasan Pipa Posisi 6F dengan Proses SMAW

        2. Video Pengelasan Posisi Pipa Posisi 6G dengan Proses SMAW
             

E.      Job Pengelasan Pipa 
1.       Posisi 6F dengan Proses SMAW
a.       Tujuan Instruksional
Setelah mempelajari dan berlatih tugas ini, peserta diharapkan mampu membuat sambungan pipa-flens posisi 6F tidak dapat diputar ( tetap ) dengan memenuhi kriteria :
1)       kaki las 8 mm
2)       bentuk jalur las rata atau cembung dan seimbang
3)       sambungan jalur rata
4)       undercut maksimum 10 % dari panjang pengelasan
5)       tidak ada overlap
6)       terak terperangkap maksimum 2 mm2.

b.       Alat dan Bahan
1)       Alat
a)       Seperangkat mesin las busur manual (SMAW)
b)      Satu set alat keselamatan dan kesehatan kerja las busur manual
c)       Satu set alat bantu las busur manual.
2)       Bahan
a)       Pipa baja karbon diameter 6 “ ( 150 mm ) tebal 8 mm x 125mm
b)      Pelat baja karbon ukuran 200 x 200 x 8 mm
c)       Elektroda AWS-E 6013 atau AWS-E 7018 diameter 3,2 mm.

c.       Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1)       Gunakan helm/ kedok las yang sesuai (shade 10-11).
2)       Rapihkan sisi-sisi tajam pelat dengan grinda atau kikir.
3)       Pakailah pakaian kerja yang aman dan sesuai.
4)       Gantilah kaca filter jika sudah rusak.
5)       Ikuti langkah kerja secara benar
6)       Hati-hati dengan benda panas hasil pengelasan.
7)  Tanyakan hal-hal yang belum difahami kepada pembimbing sebelum melakukan pekerjaan.

d.       Gambar Kerja
        


e.       Langkah kerja.
1)       Siapkan peralatan las busur manual dan alat-alat bantu.
2)    Siapkan bahan las ( pipa ) ukuran diameter  6 inchi tebal 8mm x 125mm dan pelat ukuran 200 x 200 x 8mm.
3)      Tempatkan benda kerja pada posisi 6F ( sumbu 45o- tetap ) dengan menggunakan alat bantu atau dilas catat pada dudukan atau klem benda kerja.
4)     Atur amper pengelasan sesuai dengan diameter elektroda ( 90 – 120 Amp ) atau lihat tabel amper las pada bungkus elektroda.
5)  Lakukan pengelasan jalur pertama arah naik dimulai dari bawah pipa dengan menggunakan elektroda AWS E 6013 (rutile)atau AWS E 7018 diameter 3,2 mm.

6)       Periksakan hasil las pada pembimbing sebelum melanjutkan pada jalur berikutnya
7)       Lakukan menyetelan kembali pada mesin las jika diperlukan.
8)       Lakukan pengelasan pada jalur kedua sesuai petunjuk pembimbing.
9)     Lanjutkan pengelasan sampai selesai, dan bertanyalah pada pembimbing bila ada hal-hal yang kurang difahami, terutama tentang teknik pengelasannya.
10)   Bersihkan dan dinginkan benda kerja.
11)   Serahkan benda kerja pada pembimbing untuk diperiksa.
12)   Ulangi pekerjaan jika belum mencapai kriteria yang ditetapkan.

f.        Lembar Pengamatan Proses
Nama Pekerjaan              :
Nama Siswa/Peserta       :
No. I.D. Siswa/Peserta    :
Lama Pengerjaan            :   Mulai tanggal ………….…….. pukul …..…………
                                             Selesai tanggal …………...….. pukul …..........……

g.       Lembaran Penilaian Hasil
Nama Pekerjaan           :
Nama Siswa/Peserta     :
No. I.D. Siswa/Peserta :
Lama Pengerjaan         : Mulai tanggal ……….……….. pukul ……………
                                       Selesai tanggal ………..….….. pukul ……………

                                                                Jakarta, ........................
                                                                Penilai/Penguji,

                                                                __________________


2.       Posisi 6 G dengan Proses SMAW
a.       Tujuan Instruksional
Setelah mempelajari dan berlatih tugas ini, siswa/peserta diharapkan mampu mengelas sambungan tumpul kampuh V posisi sumbu 45 derajat menggunakan elektroda rutile atau low hydrogen dengan memenuhi kriteria :
1)       lebar jalur las ( capping) 14 mm
2)       tinggi jalur las 2 mm
3)       sambungan jalur rata
4)       penetrasi minimum 90%
5)       undercut maksimum 10 % dari panjang pengelasan
6)       tidak ada overlap
7)       terak terperangkap maksimum 2 mm².

b.       Alat dan Bahan
1)       Alat
a)       Seperangkat mesin las busur manual (SMAW)
b)      Satu set alat keselamatan dan kesehatan kerja las busur manual
c)       Satu set alat bantu las busur manual.
2)       Bahan
a)    Pipa Baja Karbon diameter 6” ( 150 mm ) x 125 x 10 mm, dibevel 30-35 derajat.
b)    Elektroda AWS-E 6013 atau AWS-E 7018 diameter 3,2 mm.

c.       Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1)       Gunakan helm/ kedok las yang sesuai (shade 10-11).
2)       Rapihkan sisi-sisi tajam pelat dengan grinda atau kikir.
3)       Pakailah pakaian kerja yang aman dan sesuai.
4)       Gantilah kaca filter jika sudah rusak.
5)       Ikuti langkah kerja secara benar
6)       Hati-hati dengan benda panas hasil pengelasan.
7)    Tanyakan hal-hal yang belum difahami kepada pembimbing sebelum melakukan pekerjaan

d.       Gambar Kerja

  Peletakan Benda Kerja


           Urutan Pengelasan

e.       Langkah Kerja.
1)      Siapkan peralatan las busur manual dan alat-alat bantu.
2)  Siapkan bahan las yang telah selesai dilas jalur 1(root) dengan menggunakan elektroda E 6010/11 atau E 7016 diameter 2,6 mm.
3) Yakinkan bahwa jalur root benar-benar bersih, bila perlu periksakan pada pembimbing untuk diperiksa ulang.
4)     Tempatkan benda kerja pada posisi sumbu 45o  (6G) dan atur amper pengelasan 90 – 120 Amp untuk pengelasan  filler
5)   Lakukan las pengisian ( filler ) sesuai urutan pengelasan ( lihat Gambar Kerja) menggunakan elektroda AWS E 6013 atau AWS E diameter 7018 diameter 3,2 mm
6)      Periksakan hasil las pada pembimbing sebelum melanjutkan pada jalur berikutnya.
7)     Bersihkan tiap jalur las dengan sikat baja dan grinda. Kemudian lakukan menyetelan kembali pada mesin las jika diperlukan.
8)     Sebelum dilakukan pengelasan capping grinda permukaan jalur las sehingga tersisa antara 0,5 – 1 mm dari pemukaan bahan, yakni untuk menghasilkan capping yang rata dan seimbang.

9)   Lanjutkan pengelasan sampai selesai, dan bertanyalah pada pembimbing bila ada hal-hal yang kurang difahami, terutama tentang teknik pengelasannya.
10)   Bersihkan dan dinginkan benda kerja.
11)   Serahkan benda kerja pada pembimbing untuk diperiksa.
12)   Ulangi pekerjaan jika belum mencapai kriteria yang ditetapkan.

f.        Lembar Pengamatan Proses
Nama Pekerjaan           :
Nama Siswa/Peserta     :
No. I.D. Siswa/Peserta :
Lama Pengerjaan          : Mulai tanggal ….....………….. pukul ……………
                                        Selesai tanggal ……......….….. pukul ……………


g.       Lembar Penilaian Hasil
Nama Pekerjaan           :
Nama Siswa/Peserta     :
No. I.D. Siswa/Peserta :
Lama Pengerjaan          : Mulai tanggal …...…….….….. pukul ……………
                                        Selesai tanggal ……..…….….. pukul ……………

                                                            Jakarta, ................ ...... 200…
                                                            Penilai/Penguji,


                                                            __________________


F.       Pemeriksaan Hasil Las 
1.       Petunjuk :
Siapkan masing-masing satu sambungan T dan sambungan tumpul kampuh V dari hasil latihan.
a.       Siapkan alat-alat pemeriksaan hasil las secara visual, antara lain : 
1)       alat ukur kaki las/lebar las untuk sambungan T 
2)       alat ukur kerataan, tinggi dan lebar jalur las untuk hasil sambungan tumpul
b.       Bersihkan benda kerja, sehingga permukaan las dapat diamati secara baik.
c.       Lakukan pengamatan/ pemeriksaan visual berikut :
1)       Ukuran hasil las pada sambungan T dan sambungan tumpul kampuh V.
2)       Cacat las
d.   Bertanyalah pada pembimbing jika ada hal-hal yang kurang difahami sebelum melakukan tugas.

2.       Lembar Pengamatan/Pemeriksaan Sambungan Sudut :

3.       Lembar Pengamatan/Pemriksaan Sambungan Tumpul :

                                                                 Jakarta, ................. ........ 200…
                                                                 Penilai/Penguji,

                                                                 ___________________

G.     Pengujian Hasil Las 
1.       Petunjuk :
a.       Siapkan hasil sambungan tumpul kampuh V dari hasil latihan pada tugas.
b.       Siapkan alat-alat pengujian lengkung hasil las
c.       Potong benda uji selebar 30 mm sesuai gambar berikut, yakni untuk bahan uji lengkung root dan face / capping masing masing-masing 2 (dua) sampel uji :
d.       Beri tanda masing-masing permukaan benda uji ( root bend dan face bend test)
e.    Bersihkan dan grinda kedua permukaan jalur las, baik root maupun face/capping sehingga permukaan bahan uji sama tebal dengan bahan las.
f.   Lakukan pengujian lengkung dengan menggunakan alat pelengkung sesuai petunjuk pembimbing
g.    Bertanyalah pada pembimbing jika ada hal-hal yang kurang difahami sebelum melakukan tugas.

2.       Lembar Rekapitulasi Hasil Pengujian :

Catatan : Hasil las dapat dinyakan diterima jika hasil uji lengkung tidak mengalami retak lebih dari 2 mm.
                                                  Jakarta, .......................... ...... 200.....
                                                  Penilai/Penguji,

                                                 __________________
H.